Friday, June 7, 2013

Mengubah Penampilan

Seperti biasa, setiap kali mendapatkan kesempatan memulai hidup baru di tempat baru, selalu muncul pemikiran untuk mengubah penampilan. Biasanya, kalau sudah terlalu nyaman (baca: sering) dengan jeans dan kaos, rasanya butuh dorongan kekuatan luar biasa sekali untuk mengubahnya. Masalahnya, kemungkinan akan muncul komentar dari kiri dan kanan, sehingga membuatku kembali lagi ke wujud asli.

Ketika menginjakkan kaki kesini, toh tidak ada yang mengenal seperti apa aku dulu. Kupikir saatnya mulai menata penampilan.

Dan, apakah yang terjadi?

Hal pertama dimulai dengan memilih sepeda. Alat transportasi untuk menghemat ongkos. Setelah mendapatkan sepeda, aku meminta tukang sepeda untuk memasangkan dudukan di belakang, yang niatnya akan kupasang tas tukang pos untuk menaruh belanjaan. Sayang sekali, usaha mencari tas tukang pos itu berakhir sia-sia, ntah dimana, aku masih belum menemukannya. Sementara itu, tuntutan untuk belanja sudah mendesak. Tak mungkin ku tenteng belanjaan sambil bersepeda turun naik bukit. Akhirnya, kuterima tawaran KERANJANG dari si tukang sepeda untuk kutaruh di belakang sepeda ku. Dari segi manfaat, memang keranjang itu sangat berguna, karena meringankan beban punggungku saat berbelanja (mencoba tetap positif). Tapi dari sisi penampilan? Haha. YA AMPUUUUUN!! Tampil feminin aza belum sempat, udah keburu jadi tukang sayur. Hahaha. Pake rok dengan sepeda itu? Hm.. lebih cocok dengan jeans dan kaos oblong ku tampaknya.. haha.
Sepeda Tukang Sayur/Penjual Susu?

Hal kedua yang mengubah penampilan ku (ntah ke arah mana),  adalah HELM!

Disini, setiap yang bersepeda harus mengenakan helm, karena kita dalam program “safe cycling”, membantu mempromosikan bersepeda ke orang-orang lokal yang lebih senang bawa mobil. (ya iyalah, semua orang di dunia kalo sanggup beli mobil juga akan memilih bermobil ria daripada ngadu otot betis dengan jalan berbukit). Berhubung aku belum sanggup, aku mau tak mau pro bersepeda. Haha.

Nah, helm ku yang kupunya itu bolong-bolong, katanya supaya tidak begitu panas saat mengayuh. Awalnya hal itu tidak terlalu bermasalah, tapi tidak ketika menjelang musim dingin. Angin disini kencang dan sejooook sangat.. Jadi, ketika melewati turunan, rasanya kepala ini mau beku. Aku memang punya topi winter, tapi begitu pakai topi, helm itu pun menjadi tak muat. Aku liat di internet, ada penutup kepala khusus untuk penyepeda (istilah ini ada ga sih?). Tapi aku cari di toko sini masih belum ketemu. Jadi, beginilah yang kulakukan (see picture). 
Helm anti angin.. 
Makin dekatlah aku ke penampilan tukang sayur di Singkawang, yang kalo hujan menutup kepala dengan plastic kresek. Tapi aku merasa diriku cukup PD (baca: ngga tahu malu), karena setiap kali aku bersepeda ke kampus, pasti mengundang banyak pasang mata menoleh. Hm.. Cuekkan saja mereka, daripada kepalaku pusing karena dingin..

Akhirnya, penampilan ku berhasil ku ubah, cuman arah berubahnya agak menyimpang saja. LOL..