Saturday, August 25, 2018

Pertemuan aneh di kedutaan...



Jumat, 6 Juli 2018, aku sedang antri utk masuk kedutaan amrik, di depan ku ada ibu2 baju merah yg jg antri. Dia mau minta ditemani anaknya tapi ga dikasi sama petugas.
Pas masuk, dia urutan 137 dan aku 138. Tidak ada interaksi apa-apa di antara kami. Setelah mendapatkan nomor urut, dia berjalan untuk duduk dekat loket dan aku duduk deket pintu masuk.

Setengah jam duduk, aku dipanggil ke loket. Ternyata fotoku salah, harusnya tanpa kacamata, jd aku disuruh foto ulang ke jalan sabang dan harus kembali sblm jam 10.30. saat itu udah jam 9.05

Aku buru2 keluar dan memanggil taxi. Agak lama juga di studio foto karena komputernya agak lambat. Aku agak was-was dengan waktu ku yang tak banyak. Selesai urusan foto memfoto, aku kembali ke kedutaan.

Jam 10 kurang sedikit, tak ada antrian depan gerbang, aku langsung masuk dan kali ini mendapatkan urutan 214. Aku mendengar panggilan utk nomor antrian 170an pas sedang mencari tempat duduk. Saat aku duduk, kutatap nomor antrian 214 ku dan tiba-tiba ada firasat: "ada seseorang yang harus kutemui disini"

Logika mulai bekerja, klo dr 138 mundur jadi 214, logikanya aku mgk hrs ketemu org di urutan 215.

Aku mengangkat kepala, kuliat seorang cewe melangkah masuk. Kutatap mukanya dr jauh, bukan, bukan dia rasanya. Aku amati dia agak lama, aku tetap merasa bukan cewe ini. Tidak ada dorongan sama sekali untuk menyapa nya.

Ya udah, aku tak lagi melanjutkan menelaah firasat itu. Aku duduk anteng dan menunggu.

aku akhirnya kembali dipanggil ke loket dan setelah selesai memasukkan dokumen, aku membalikkan badan kembali ke bangkuku. Saat itulah ada yang menepukku.

Aku menoleh, ternyata si ibu-ibu baju merah yang tadi dapat antrian 137! Aku kaget dan kutanya:

Aku (A): lho, ibu? Ngapain?
Ibu (I): lah, kamu ngapain?
A: aku salah foto bu, harusnya tanpa kacamata.
I: fotoku salah latar, harusnya putih, tapi punyaku abu-abu.

Kutoleh ke bawah, kuliat antriannya 213! Glek.. Jangan-jangan ini jawaban dari firasatku tadi.

Kemudian si ibu bertanya lagi.

I: Nama kamu siapa?
A: Novi Bu.
I : kamu itu orangnya keras (sambil menepuk punggungku)

Aku yang masih terbengong2 dgn  pertemuan ini, ga ngeh siapa yang dia maksud. Lagian kami br ketemu saat itu aza.

A: Siapa ya bu?
I: Ya kamu!

Si ibu melanjutkan,
I: Kamu punya tekad yg kuat, kamu polos, tp klo ketemu org kamu langsung menganalisa org ini baik ato ga. Blm punya pacar kan?
A:  (Bah.. kog jadinya pertanyaan ini - batinku dlm hati) Heh? Blm bu.
I: Pernah tinggal deket makam?
A: (lah, ini apaan lagi??) deketnya seberapa deket bu? (Msh bengong dgn apa yg sedang terjadi)
I: yah, seratus meter lah.
A: (sambil mengingat2 semua tempat yg pernah kutinggalin) ngga ada kayanya bu. Memangnya kenapa bu?
I: Banyak arwah yg ikutin kamu. Mgk yg dr makam ato orang2 yang sayang kamu.
A: Aman donk bu?
I: Kehadiran mereka yang menghalangi jodohmu. Jodohmu berat dan mungkin ga ada.
A: 😅😅

Ibu ini mengatakan kalau dia penerawang nama.

Haha. Apapun itu, semoga semua makhluk berbahagia aza dah.. 

Sekaya si peminta minta

Hari ini aku berada di Philly dan saat mau pulang, kusadari hanya ada uang $11 dalam dompetku. Aku berjalan ke stasiun dan kutanyai pria yang duduk disana. Aku perlu ke stasiun 30th street, berapa ya ongkosnya? Dimana bisa kubeli tiketnya?

Pria berjenggot itu menjawab, bisa dibeli di dalam kereta dan harganya mungkin $6. Aku lega, uang ku masih cukup. Kereta tiba dan ternyata harga tiketnya hanya $5 saja. Jadi aku masih ada $6.

Sampai di stasiun, aku mengantri untuk membeli tiket kereta berikutnya. Kali ini aku memilih membayar dengan kartu. Karena masih 3 jam lagi aku baru akan sampai rumah, kubuka bekal nasi ku dan kusantap makan siangku. Sudah agak telat dari jam makan siang biasaku.

Sehabis makan, kuteguk air di botol minumku yang sisa tak seberapa kemudian aku berjalan mencari kios yang menjual air. Harganya $1.25, kubayar dengan lembaran $5 yang sudah kugenggam. Aku menatap lama pada potongan kue seharga $2 di meja kasir. Akhirnya kuputuskan utk membelinya. Sekarang uang ku tinggal $2.75. Selesai membayar, aku menoleh ke belakang, argh! Ada fountain untuk mengisi air. Agak menyesal rasanya udah membeli air, harusnya kucari dl. Tapi ya sudahlah, aku berjalan utk mengisi botol minumku yang sudah kosong.

Sampai di Wilmington, aku berjalan keluar menuju halte bus. Kemudian aku ingat, ada 2 cara untuk pulang. Bisa naik bus dua kali kalo tak mau jalan kaki jauh ato ada pilihan bus 1 kali, tapi harus berjalan 20 menit. Kuingat uangku yang hanya $2.75, yang artinya aku hanya bisa naik 1 kali, karena sekali naik bayar $2. Haha.

Ketika merogoh uang dari dompet, kuliat aku masih punya kartu bus! Senang :D. Pas kuliat, yaaah.. ternyata cuma sisa $2 dan kondisi kartunya agak lecek. Terakhir aku pake, mesin dalam bus menolak kartu itu. Kalo aku pilih naik dua kali dan kartu itu ga bisa dipake, berarti aku harus memelas ke sopir mengizinkan ku naik. Ah, harusnya aku tak membeli potongan kue itu! jadi aku tak perlu pusing. Kuputuskan utk naik yang sekali saja. Kalau-kalau kartu ku tak bisa dipakai, aku masih ada recehan dua dollar tanpa perlu memelas.

Masih sedang asik berpikir di halte, tiba2 kudengar teriakan dari bangku halte di belakangku: "Excuse me!" Ntah kenapa di keramaian itu, aku merasa dia memanggilku. Aku menoleh, seorang wanita meliat ke arahku. "What bus are you taking?" tanyanya padaku. "Number 6" jawabku singkat. Halte di stasiun ini selalu penuh dengan aneka ragam orang dan cenderung berkesan menyeramkan. Perempuan berbadan besar ini mendekat ke arahku. Logatnya sangat kental jadi aku hanya menangkap sebagian kalimatnya. Intinya dia mau minta uang $2 dariku, utk naik bus.

Biasanya aku tak akan bermasalah, tapi kali ini posisi ku aza kritis. Jadi kujelaskan padanya, aku hanya punya uang $2 dan aku punya kartu ini (yang juga hanya sisa $2), tapi terakhir kupake, kartu ini tidak berfungsi. Kubilang ke dia, klo kartu ku berfungsi, $2 uang tunai itu akan kukasi dia. Dia bilang ke aku, kita bisa kog naik dengan $1 saja, kasikan aku $1 mu. Aku tidak mau mengambil resiko, kalau aku ditolak, aku akan bengong di stasiun, lagian bus ini juga cm ada sejam sekali.

Bus pun tiba, kumasukkan kartu ku and it works! Jadilah kusodorkan uang tunai ku padanya. Dia hanya mengambil $1 karena dia berhasil menego sopir utk mengangkutnya dengan separuh harga.

Demikianlah cerita sore ini.. Rasanya unik aza, jadi terpikir utk menuliskan nya disini.

Newark, Aug 25, 2018.

Thursday, April 26, 2018

Terima kasih untuk keluargaku

Suatu pagi ketika aku sedang menikmati croissant sarapan ku, tiba-tiba hati ini dipenuhi rasa syukur. Lucunya, bukan rasa syukur karena croissant enak (emang kurang enak sih), tapi merasa bersyukur punya keluarga yang luar biasa. Ntah mimpi apa semalam, aku merasa berbahagia punya saudara-saudara yang menakjubkan.

Dalam perenungan pagi itu, timbul rasa terima kasih yang amat mendalam kepada mama papa. Kenapa? Karena memberiku 6 saudara, yang juga berarti 6 teman baik sepanjang perjalanan hidup ini. Waktu kecil, mama selalu mengingatkan kami, bahwa at the end of the day, kemungkinan saudaralah yang akan tetap in touch, apapun kondisimu. Dan pagi ini, aku memaknai ucapan itu.

Aku bersyukur karena punya saudara yang bisa kuakses kapan saja, yang selalu penuh cerita dan tawa, yang selalu bersedia mendengar keluh kesah. (eh, berima! Haha. ga penting ya.)

Aku berterima kasih kepada papa dan mama, tidak hanya karena mereka melahirkan kami bersaudara, tapi juga mendidik dan membimbing kami menjadi komunitas yang solid. Itu hal yang jauh lebih susah. Kami selalu berusaha ada untuk satu sama lain dan saling mendukung.

Aku secara fisik memang sendiri, tapi aku jarang merasa sendirian. Aku selalu merasakan kehadiran mereka. Demikian pula aku selalu berusaha hadir untuk mereka, meskipun jarak jauh terbentang.

Terima kasih untuk keluargaku yang luar biasa. Aku ada dan bisa sampai hari ini berkat kalian semua. Deep bow in gratitude.

Peluk kangen dari jauh.. Love you all.

Ju