Seperti biasa, setiap kali mendapatkan kesempatan memulai
hidup baru di tempat baru, selalu muncul pemikiran untuk mengubah penampilan.
Biasanya, kalau sudah terlalu nyaman (baca: sering) dengan jeans dan kaos,
rasanya butuh dorongan kekuatan luar biasa sekali untuk mengubahnya.
Masalahnya, kemungkinan akan muncul komentar dari kiri dan kanan, sehingga
membuatku kembali lagi ke wujud asli.
Ketika menginjakkan kaki kesini, toh tidak ada yang mengenal seperti apa
aku dulu. Kupikir saatnya mulai menata penampilan.
Dan, apakah yang terjadi?
Hal pertama dimulai dengan memilih sepeda. Alat transportasi
untuk menghemat ongkos. Setelah mendapatkan sepeda, aku meminta tukang sepeda
untuk memasangkan dudukan di belakang, yang niatnya akan kupasang tas tukang
pos untuk menaruh belanjaan. Sayang sekali, usaha mencari tas tukang pos itu
berakhir sia-sia, ntah dimana, aku masih belum menemukannya. Sementara itu, tuntutan
untuk belanja sudah mendesak. Tak mungkin ku tenteng belanjaan sambil bersepeda
turun naik bukit. Akhirnya, kuterima tawaran KERANJANG dari si tukang sepeda
untuk kutaruh di belakang sepeda ku. Dari segi manfaat, memang keranjang itu
sangat berguna, karena meringankan beban punggungku saat berbelanja (mencoba tetap positif). Tapi dari
sisi penampilan? Haha. YA AMPUUUUUN!! Tampil feminin aza belum sempat, udah keburu
jadi tukang sayur. Hahaha. Pake rok dengan sepeda itu? Hm.. lebih cocok dengan
jeans dan kaos oblong ku tampaknya.. haha.
Sepeda Tukang Sayur/Penjual Susu? |
Hal kedua yang mengubah penampilan ku (ntah ke arah mana), adalah HELM!
Disini, setiap yang bersepeda harus mengenakan helm, karena
kita dalam program “safe cycling”, membantu mempromosikan bersepeda ke
orang-orang lokal yang lebih senang bawa mobil. (ya iyalah, semua orang di
dunia kalo sanggup beli mobil juga akan memilih bermobil ria daripada ngadu
otot betis dengan jalan berbukit). Berhubung aku belum sanggup, aku mau tak mau
pro bersepeda. Haha.
Nah, helm ku yang kupunya itu bolong-bolong, katanya supaya tidak begitu panas saat mengayuh. Awalnya hal itu tidak terlalu
bermasalah, tapi tidak ketika menjelang musim dingin. Angin disini kencang dan
sejooook sangat.. Jadi, ketika melewati turunan, rasanya kepala ini mau beku.
Aku memang punya topi winter, tapi begitu pakai topi, helm itu pun menjadi tak
muat. Aku liat di internet, ada penutup kepala khusus untuk penyepeda (istilah
ini ada ga sih?). Tapi aku cari di toko sini masih belum ketemu. Jadi,
beginilah yang kulakukan (see picture).
Helm anti angin.. |
Makin dekatlah aku ke penampilan tukang sayur di Singkawang,
yang kalo hujan menutup kepala dengan plastic kresek. Tapi aku merasa diriku
cukup PD (baca: ngga tahu malu), karena setiap kali aku bersepeda ke kampus,
pasti mengundang banyak pasang mata menoleh. Hm.. Cuekkan saja mereka, daripada
kepalaku pusing karena dingin..
Akhirnya, penampilan ku berhasil ku ubah, cuman arah
berubahnya agak menyimpang saja. LOL..