Sunday, October 12, 2014

České Švýcarsko - Part 3: The adventure starts..

Alarm berbunyi jam 4.30 pagi, aku beruntung karena kebetulan sedang mimpi buruk, jadi aku bersyukur banget alarm bunyi dan memutus mimpi burukku. Karena itu juga, aku pun tidak tertarik untuk lanjut tidur lagi, jadi dengan mata berat, aku menyeret diri untuk mandi. Setelah mandi, aku mengemas nasi kotak, mengecek peralatan, dan berangkat.

Saat itu jam 5.20 pagi dan langit masih gelap. Aku melangkah ke tram stop, sudah ada beberapa orang menunggu di sana juga. Aku sebenarnya ga tau dimana keretanya Plzen, aku hanya ingat itu kulewati saat naik tram no 2 sewaktu pulang berenang, dan letaknya stop si no 2 itu dekat gereja. Aku naik tram pertama, turun sekitar gereja. Aku bertanya ke satu orang dimana tram nomor dua. Sayangnya dia tak berbahasa inggris. Dengan kosakata terbatas, kubuat pertanyaan: "tramvaj dva?", dengan gerakan tangan dia memberitahu kalo aku hanya perlu lurus dan belok kanan 2 kali.

Sampai tram stop, aku memastikan ke orang disitu kalo nomor 2 ke stasiun kereta. Aku tanya lagi, "hlavni nadrazi?". Kali ini mereka orang jerman, mereka mengangguk dan bilang, "erste". Aku menebak maksudnya first, karena di belanda, first itu juga "eerste", bunyi sama, tulisan beda tipis. Ternyata benar, pemberhentian pertama sudah stasiun. Aku salah mengenali bangunan, aku pikir bangunan besar yang kulewati itu adalah stasiun, ternyata orang-orang berjalan ke arah berbeda, jadi kuikuti mereka masuk lorong dan sampailah aku di stasiun.

Tiket ke Děcin harganya 330 Kc, hampir Rp 200.000,00 dan berangkat dari platform nomor 2. Aku naik dan tertidur dengan segera.. Untungnya aku sadar satu stop sebelum Praha. Ketika menunggu kemunculan informasi platform kereta, aku sakit perut, jadi aku mampir ke toilet. Biaya toilet itu 20 Kc ato 1 Euro.. Haha. Kurs yang paling jelek ternyata di toilet, bukan di bank. Kurs di money changer itu, 1 Euro = 27 Kc.
Kurs di toilet
4 menit sebelum jadwal kereta berikut, akhirnya nomor platformnya muncul. Semua penumpang pun bergegas bergerak. Kali ini keretanya ada compartment nya, semacam kubik-kubik gitu berisi 6 orang. Karena tiketku tak ada nomor, aku boleh asal duduk di mana pun yang kosong. Aku berusaha terjaga, tapi tetap juga ketiduran. Jam 10 pagi, aku sampai Děcin.

Keluar dari stasiun kereta, aku mencari information centre yang alamatnya sudah kucari lewat internet. Harusnya di sekitar stasiun. Aku tanya ke satu orang, 'tourista informacie centrum?', dan orang itu menunjuk ke stasiun. Aku masuk lagi, dan ternyata memang ada disitu, tapi tutup. Kucari lagi yang lain, kutemukan alamatnya, tapi tempatnya seperti biro perjalanan gitu. Di pintu tertulis sabtu buka, tapi tak ada seorang pun. Aku cari lagi ke alamat kedua dan ternyata bangunan lebih tak meyakinkan. Aku tanya ke orang-orang di jalan, mereka semua menggeleng. 30 menit habis mencari informasi.

Saat itu aku bingung, informasi yang aku punya adalah: perjalanan dimulai di rumah sakit (U Nemocnice), tapi jelasnya bagian mana dari rumah sakit aku ga tau. Aku mulai ragu, aku jadi jalan kaki apa ga ya? Apa keliling kota kecil ini trus pulang aza ya? Ngeri juga tanpa informasi jelas. Dilema bermunculan, tapi kuputuskan ke rumah sakit dulu, liat dulu kondisinya, nanti baru diputuskan.

Kemudian aku bertanya cara ke hospital dan ternyata naik bis no 1 ato no 7. Pas naik, aku minta sopir untuk menurunkanku di hospital, ternyata dia tak bisa bahasa inggris. Seorang pria gendut bertopi cowboy menyamperi ku saat dia mau turun bis, "hospital is the last stop, good luck!" Aku berterima kasih padanya, akhirnya kudengar bahasa Inggris.

Sampai rumah sakit, aku kebelet. Alamak! Gimana mau jalan di hutan kalo kebelet gini? Cari toilet dimana? Aku tanya sopirnya, dia menggeleng. Kutanya beberapa orang, mereka pun tak tahu, sampai aku ketemu seorang ibu dan dia menyarankan aku ke toilet rumah sakit. Bangunan rumah sakit itu banyak, kecil-kecil dan bertebaran di kompleks itu. Aku melangkah ke bangunan utama yang terlihat paling besar. Belum nyampe, aku ketemu seorang wanita berseragam dokter gitu. Aku tanya, "toaleta?" sambil tunjuk gedung itu. Dia bilang toilet disitu ga boleh dipake, hanya untuk staf dan pasien saja. Aku pun dirujuk ke toilet lain. "Lurus, belok kanan, jalan turun dan belok kanan", demikian petunjuknya. Aku berjalan dan menemukan sebuah toko roti. Aku masuk dan menanyakan toilet, tapi dia menggeleng. Ketemu ibu lain, dia menunjuk sebuah gedung, yang masih bagian dari rumah sakit. Aku masuk dan tak kutemukan tanda-tanda toilet di bangunan kecil itu. Aku bertemu seorang pasien, dia menunjukkan toiletnya.. Phew.. Legaa.. Rasanya lebih siap jalan, setelah 30 menit habis cuman buat nyari toilet doank. Kaki mulai terasa capek mondar-mandir. Haha.. Mulai berpetualang aza belum. Lol.

Setelah itu aku mencari jalan masuk walking trailnya, dan kutemukan peta ini.
Peta Hiking
Informasi tak kumengerti
Sama sekali tak gitu bermanfaat untukku. Aku tak mengerti, tapi aku rasa itu jalan yang benar. Aku memutuskan untuk mencoba jalan itu, dengan pikiran kalo misalnya jalan itu tak membawa ku kemana-mana, aku tinggal balik kanan dan pulang lewat jalan yang sama.

České Švýcarsko - Part 2: To Go or Not To Go..

Setelah dipikir-pikir, akhirnya aku memutuskan untuk berangkat hari Sabtu, 11 Oktober. Tapi ternyata, urusan hari Jum'at di kantor lebih panjang dari bayangan. Dosenku berangkat ke Amerika hari Sabtu, jadi Jum'at kami menghabiskan waktu bersama, termasuk makan malam bersama. Sampai rumah sudah jam 8 lewat, dan aku masih belum siapin apa-apa. 

Aku segera mengecek internet, memfoto keterangan hiking trail sama peta yang disediakan. Sayangnya petanya tak dapat diperbesar. Berikut bekal perjalananku:

Informasi tentang rute, bakal lewat mana aza
Peta yang kupunya hanya 4 foto ini. 
Peta keseluruhan dan peta diperbesar dikit dalam 3 potongan
Dengan peta sekecil dan tak detil seperti itu, aku sendiri ga yakin aku bisa berjalan tanpa tersesat, secara aku dengan peta google yang detil, yang bisa kasitau posisi saat itu pun, aku masih sering tersesat. Haha. Itupun di kota, apalagi ini di hutan? Aku dengan positifnya berpikir, oh, gampanglah, nanti di Děčín pasti ada pusat informasi untuk turis, nanti nyampe sana baru cari peta hiking yang lebih besar dan detil.

Modal lain yang aku punya, kosakata bahasa Czech: 
1-10, hlavni nadrazi (central station), toaleta (toilet), tramvaj (tram), dobry den (hello untuk orang yang ga akrab), na shledanou (see you - untuk orang ga akrab), děkuju (terima kasih), kde (where), kdy (when), informacie (information) dan tourista (tourist). 

Langkah berikut, aku harus mengecek jadwal kereta, dari Plzen - Praha - Děčín, dan mengecek cara pulang dari Hrensko - Plzen. Jadwal berangkat yang paling enak, yang waktu tunggu paling sedikit itu adalah jam 6.07 dari Plzen hl. n. (Plzen hlavni nadrazi), sampai Praha jam 7 dan kereta ke Děčín berangkat jam 8.29. Sampai tempat tujuan jam 9.58. Dari situ, aku pikir kalo langsung jalan dan waktu tempuh 5 jam, aku mungkin sampai Hrensko jam 3-4 sore gitu. Aku cek jadwal pulang, dari Hrensko ada bus jam 17.25, sambung kereta di Děčín jam 17.56, tapi di Praha harus transit 2 jam. Nyampe asrama diperkirakan jam 11 an malam.

Pilihan lain adalah menginap semalam di Hrensko kalo tidak keburu pulang, tapi karena malam itu aku capek banget, aku tak sempat mencari info tempat nginap, kupikir nanti sampe sana baru kuliat aza. Nginap ato tidak, biar kuputuskan nanti disana saja kalo sudah sampai.

Aku mengepak barang-barang yang harus dibawa, kata temanku ada 3 kata kunci untuk ngepak:
Food: Roti, 2 pisang, 2 apel, coklat, wafer, cashew nuts (tanpa garam), air 2L
Warm: Jaket, topi, sarung tangan, scarf
Dry: Payung, jaket parasut
tambahan lain: passport, asuransi, emergency numbers, first aids.

Semua barang kumasukkan, tapi aku merasa bekal makan ku tak akan cukup untuk seharian. Jadi jam 11 malam aku pun memasak nasi. Kupikir lauknya apa aza deh, kayanya nasi lebih mengenyangkan.

Badanku sangat capek, aku sebenarnya ragu aku bisa bangun. Apalagi kalo mikir aku harus jalan kaki 18 km, di hutan, sendirian.. Agak khawatir juga.. To go or not to go.. Apa rencana ini terlalu terburu-buru ya? Apa terlalu dipaksakan ya? Apa harus minggu depan aza ya? Mulailah berpikir macam-macam.

Aku teringat aku harus cek prakiraan cuaca. Ternyata akhir pekan ini berawan, dan minggu depan mulai hujan. Hati ku pun lebih mantap untuk berangkat, karena kalo setelah hujan beberapa hari, aku merasa jalanan akan basah/licin, akan lebih susah kulalui, meskipun aku tak tahu medan sebenarnya seperti apa.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.. Aku harus bangun jam 4.30 pagi. Saatnya tidur dan berharap mudah-mudahan bisa bangun besok.

České Švýcarsko - Part 1: I Have To Go

When I got my Schengen Visa for student exchange from consulate of Czech Republic, Kate sent me back my passport together with a booklet about Czech Republic, map of Plzen (the city where I will be) and also a small book about Prague. I looked at them at a glance before departure, Czech Republic is a nice place full of history. A lot of historical buildings listed as tourist destinations, but the thing that tempted me more is "České Švýcarsko" or known as Bohemian Switzerland. 

It doesn't mean that those buildings are not beautiful, they are indeed nice pieces of architecture but it's just me who love nature more. I decided that I have to visit Bohemian Switzerland during my stay in Plzen, whatever happen. 

In one of the occasion where my supervisor asked about our "plan", she mentioned couple of interesting places, e.g. Salt cave, city of Prague, spa town but not this one. Using that opportunity, I raised this place. I must say that I am very lucky, because not only she agreed to bring us there, but also her sister has couple of pensions in that area. Wow! Isn't it great?

From my search through internet, there are several "main stops" in that big national park, for example: Děčín, HřenskoMezní Louka, Jetřichovice, and so on. By "main stops" I mean a bigger town in that area. Her sister stays in Jetřichovice, a very nice place according to google maps and google images. Super excited!

She contacted her sister, but due to her busy travelling schedule, we agreed to do it on Nov 5 (Yay! less than a month), staying 2 nights in her sister's place.. We will visit couple of touristic spots around there. :D Big grin. Alright, one trip is settled. Hehe. 

Besides seeing the touristic spots, I also plan to hike/walk, since I read that there are many trails in different difficulty levels available and of course offering amazing views. However, since we will go in a quite nice "big" group, with different type of travelling preference, I think we might not get much chance to hike. So, I write to my supervisor for permission to go earlier alone. She agrees but she prefer that I go with somebody else. To convince her, I immediately bought Czech mobile number, so at least I will call somebody if something happen to me. Finally she said OK and I am allowed to do it sometime when she is away. 

I plan to do it on weekend so it will not disturb my office hour. I also plan to do a day trip from Plzen to Hřensko with public transport, except the Děčín - Hřensko part, I will do it on foot. It's written in this website (way 4) that there is an easy trail with signs, around 18 km for that purpose. Approximately it will take 5 hours (of course given the condition you don't get lost). But I haven't decided which weekend. I wanted to do it as soon as possible, before the weather turns too cold. 

I started some preparation, e.g. big bottle of water, chocolate, unsalted nuts, bread, band-aids, vitamins, fruit juices etc, they are already in my room, so anytime I decide, I just need to put them together and I am ready to go. (If my PhD preparation as ready as this, I might be able to graduate in 2 years. LOL). 

Another lucky thing that happen, I got my Pilsen card (the transport card) on Thursday and on Friday, I have bought my monthly tickets, so I can take as many tram as I want in a month. From my dorm to train station, I need 2 trams ride, the first one for one stop and another one I don't know. With that unlimited ticket, even the Saturday (Oct 11), I am ready to go. 

Yay! Looking forward for the trip :D

Thursday, October 9, 2014

Mluvím trochu Česky :) - Part 1

Ketika ditawarin kelas bahasa Ceko disini, aku tanpa pikir panjang langsung mengiyakan. Aku memang dasarnya tertarik bahasa, ngerti ngganya urusan belakangan..

Karena aku datang telat 2 minggu, aku harusnya ketinggalan 4 pertemuan, tapi ternyata minggu kedua gurunya sakit, jadi aku hanya ketinggalan 2 kelas. Selasa kemarin, kelasku yang pertama dan aku sendiri ke kelas bahasa, berhubung dua temanku ada urusan lain. Mereka juga tak terlihat antusias untuk belajar bahasa. Aku benar-benar tak punya background bahasa Czech, dan sebenarnya tak yakin ada space juga, tapi aku hadir di kelas.

Kelas dimulai dengan review.. Sang guru bertanya kepada beberapa orang dan mereka pada bisa menjawab pertanyaannya. Semacam percakapan singkat, yang bagiku hanya seperti kicauan burung. hahha. Sama sekali ga tau apa yang mereka omongkan, bahkan ga tau pemenggalan katanya harus dimana.

Topik hari itu: Co je to? (What is it?)
To je.. (it is.. bukan toje versi Singkawang lho ya. haha.)

Hari itu belajar menghitung juga:
jeden, dva, tři, čtyři, pět, šest, sedm, osm, devět, deset.
Aku sampai saat ini ga ngerti cara baca tiga dan empat. "ř" dibaca kaya "r" di mandarin, "č" dibaca "ch".
Yang lucu bunyi 8 seperti "awesome". hahaha.

Kata benda dalam bahasa Czech terbagi menjadi 4 kelompok:
masculine animate (mužský životný), masculine inanimate (mužský neživotný), feminine (žensky) dan střední.

Di akhir kelas, ada games. Satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok, trus satu murid dipanggil ke atas untuk menggambar dan dua kelompok akan bersaing, menebak apa yang dia gambar. Kata-kata yang dipakai itu ada di list kata-kata yang kami pelajari hari itu.

Berikut tiga gambar yang di papan:


Kelompokku menang di permainan itu, tapi aku tidak mengerti bagaimana mereka bisa menebaknya dengan benar.

Jawabannya: ballet (balet), shock (šok) dan professional (profesionál). Yang nomor satu aku bisa tebak, tapi dua yang lain? Hanya yang tahu lah yang tahu..
Hahhaa.

Tapi orang-orang di kelas itu kocak banget, anak-anak muda mancanegara, jadi aku sangat menikmati.. Looking forward for my next class ^^.

Aib Restoran Senin Sore


Hari Selasa, 30 sept, aku akan berangkat untuk research visit (baca: jalan-jalan) selama 9 minggu. Sementara temanku akan pulang ke Indonesia selama 3 bulan untuk pengumpulan data. Jadi, kami pun menyepakati untuk makan malam bersama hari Senin sebelum pertemuan berikut yg mungkin akan terjadi di 2015.

Karena kami dua babik, maka pilihan menu pun jatuh pada restoran dumplings. Aku blm pernah ke sana tapi temanku sudah beberapa kali ke sana.

Restoran buka jam 5 sore, kami memutuskan sampe jam 5 disana, supaya segera mulai makan dan segera bisa pulang karena aku masih harus lanjut beres-beres. Alasan lain yang lebih utama sih, karena jam 4 pun kami sudah lapar sangat. Haha.

Jam 4.30 aku dijemput di stockland jesmond. Kami tiba jam 5 kurang 10. Pintu resto sudah terbuka, dan beberapa karyawan terliat sibuk bersih-bersih, mengisi tempat sambal etc, tapi semua kursi telungkup di atas meja. Melihat kondisi itu, kami melangkah ke arah menu untuk mengecek jam buka. Iya benar, tertulis jam 5 sore. Tapi kami ragu mereka akan buka tepat waktu.

Kami memutuskan ke apotik terlebih dahulu, memanfaatkan 10 menit itu. Karena lapar sangat, kami juga membeli chips.

Kami berjalan kembali ke resto itu, sudah jam 5 tapi kursi tetap begitu. Kami berdua pun duduk di meja luar, sambil mengunyah chips.

Kata temanku: dulu dia pernah datang lebih awal, mereka beres-beres tapi kursi tak ditelungkupkan.

Kesimpulan: mungkin hanya hari Senin mereka melakukan bersih-bersih besar-besaran.

Kami berdua masih sibuk mengunyah chips, sambil memandang ke dalam dan terus berkomentar. "Ayo kita liatin biar mereka bergerak lebih cepat!"
"Lihat, gerakan cewe itu lambat banget, gimana bisa buka tepat waktu?" Dan seterusnya..

15 menit duduk di depan, setelah chips habis, temanku pun berinisiatif, ayo kita tanya jam bukanya. Aku bangkit dari kursi dan bertanya, ”请问,你们几点开?(permisi, kalian buka jam berapa ya?)"

Dan jawabannya adalah.. Taraaaaaa..
"我们星期一关门” (kami tutup tiap Senin)

Jedeeeer!!! Bagai disambar petir, tapi kami tetap tak mau terima kenyataan, kami samperin lagi si buku menu, memang tertulis buka jam 5 sore, tapi... Selasa-Sabtu..

Mwahahahhaa. Kami pun berlalu sambil ngakak dengan kedodolan kami. Nunggunya sih ga gitu malu, segala komentar kita itu yang bikin lebih malu. Wakakaka.

Memang kalo kami keluar hanya berdua, selalu ada kekonyolan. Hahaha.

Kami menuju Sushi Revolution untuk mengenyangkan perut.

Begitu nyampe, "mesen menu utama ga? Ato hanya ambil sushi yang mutar-mutar?"

Temanku bilang: "ngga menu utama dech, soalnya sushi-sushi begitu kan udah ada nasinya, tar juga kenyang."

Aku pun berpikir itu masuk akal, jadi aku pun mengurungkan niat untuk memesan menu utama. 

Setelah piring demi piring sushi kami tarik dari sushi trainnya, perut masih belum terpuaskan. Sebelum duit di dompet habis kesedot sushi, kami pun akhirnya memesan menu utama. hahah. Padahal orang-orang sekitar hanya ambil 2 piring sushi dan sudah kenyang.. Kami tetap makan dengan PD dan menghabiskan menu utama kami.. 

Demikianlah farewell dinner konyol kami.. 

Wednesday, March 12, 2014

Retret Hutan Perdana (1) - Persiapan dan Hari H

Akhir minggu yang baru lewat ini, aku melewatkannya di sebuah forest monastery, Wat Buddha Dhamma, di Dharug National Park.

Awal cerita kenapa bisa berakhir disana adalah, di tengah suasana sibuk dan jadwal padat di kampus, terasa sekali tubuh, pikiran dan emosi semakin hari semakin labil. Aku pun berusaha sit rutin untuk menyeimbangkannya. Nah, di tengah kesibukan itu, datanglah tawaran seorang teman, "Mau weekend retreat ga di Wat Buddha Dhamma? Forest monastery gitu. Nyampe Jum'at malam, dan cabs lagi Minggu siang".

Karena emang lagi butuh retret, aku pun mengiyakan tanpa pertimbangan apa-apa lagi. Letaknya dimana tak tau, perginya gimana ga tau, berapa lama perjalanan pun tak jelas. Teman ku bilang ada temannya yang akan menyetir, jadi aku hanya perlu bertemu mereka di suatu tempat dan akan disetirin ke lokasi retret.

Setelah mengiyakan, aku mulai email office WBD untuk formulir pendaftaran. Retret nya akan mengikuti tradisi Theravada, dan bikkhunya itu murid Ajahn Chah. Setelah mengisi formulir, dikasi lah list barang-barang yang harus dibawa.

Beberapa hari menjelang hari H, teman ku menelepon dan mengabari kalo temannya yang mau nyetir itu lagi sakit, jadi ga bisa berangkat. Sementara temanku ini belum berani nyetir jauh. Ya udah, kupikir aku memang belum berjodoh dengan retret hutan. Aku bilang ke temanku, kamu putusin aza sesuai pertimbangan mu dan senyaman kamu aza. Kalo mau coba nyetir, aku siap numpang. Kalo ga jadi, I am fine too.

Malam itu, temanku menelepon dan memutuskan akan memberanikan diri menyetir jarak jauh. Perjalanan dari Hornsby station, butuh sekitar 1 jam untuk sampai Wisemans Ferry. Dari situ sambung ferry, kemudian dilanjutkan 40 menit drive ke atas gunung.

Karena jadi berangkat, aku pun menyiapkan barang-barang, di antaranya: sleeping bag, senter (penting banget), repellent (tiga barang ini aku pinjam dari housemateku -ga modal), sprei, sarung bantal, baju untuk cuaca dingin, baju nyaman meditasi, dan peralatan standar bepergian.

Ohya, dalam retret ini, peserta akan mengambil attasila (8 sila), yang salah satunya (yang paling mengkhawatirkanku) adalah "tidak akan makan pada jam yang tidak tepat", yang artinya, retret ini tak dapat dinner. Housemates ku pada bilang, kalau minggu malam kami tak menemukanmu di rumah, kami tahu penyebab kematianmu. hahhaa. Mereka sungguh mengenalku.

Aku mengecek jadwal retret, bangun jam 5 pagi, 5.30 mulai sit, chanting, SARAPAN jam 7-730 (ini yang kuingat baik-baik, meskipun di jadwal tertulis klo breakfast itu optional), disambung working meditation ampe jam 10. MAKAN SIANG jam 11 - 12. Setelah itu free practice time ampe jam 5 sore (dengan 1 jam guided meditaion di antara 5 jam itu), AFTERNOON TEA (jam 5-6), free practice time ampe jam 7, guided meditation ampe jam 8 dan ditutup dharma talk jam 8-9 malam. Setelah itu tidur.

Aku aga khawatir dengan makan siang yang jam 11 itu. Aku pun tak yakin aku bisa bertahan ampe besok pagi. Tapi ga pa pa, kupikir aku ga mungkin mati gara-gara skip dinner sekali di hari sabtu.

Tiba sudah hari H. Aku meninggalkan kantor jam 12, pulang kerumah, makan siang dan mengambil peralatan perang menuju stasiun kereta. Naik kereta jam 1.20 dan tiba di hornsby station untuk bertemu temanku. Karena temanku bilang dia bakal telat 30 menit, ditambah kekhawatiran ku akan rasa lapar, aku pun tiba2 sudah merasa lapar. Padahal aku baru makan siang kurang dari 3 jam yang lalu. Aku mampir ke toko kebab dan memesan chicken kebab. Sambil menunggu, aku menghabiskan 3/4 kebab itu.

Teman ku tiba, aku bergabung dalam mobilnya, dan kami pun menuju Wisemans Ferry. Sampai di sana, sekitar 1 jam menyetir, temanku lapar.. Wajar sih, karena emang udah jam 5. Dia pun mengeluarkan roti isi babi panggang, dan membagi satu untukku. NAH, ntah kenapa, kulahap juga si roti itu ampe habis :-(, padahal si kebab kayanya belum semua turun ke lambung ku.. Aku merasa kemelekatan ku akan makanan sangat tinggi dan bahkan terlalu tinggi. Anxiety dan fear akan lapar membuat ku makan ala monster.

Jam 6.16, kami sampai di tempat tujuan. Hutan yang dimaksud tak sebelantara bayanganku. Karena ini national park, jadi ada jalan utama yang bisa dilewati mobil, selain jalan-jalan setapak menuju tempat lain. Percakapan singkat sebelum lapor diri, temanku memulai, "eh, aku udah kasitau kan klo disini pake compose toilet?" HAH??? JENG JENG, aku tak sepenuhnya mengerti frase itu, tapi terdengar tak menyenangkan. "Apa itu Ci?" tanyaku mengklarifikasi. "Itu loh, toilet yang TAK PAKE AIR, jadi setelah deposit, kita membuang segenggam jerami ke dalam", jelasnya. WHAT?? Harusnya aku dikasi tau lebih awal, bukan pas udah nyampe di tempat tujuan. Pikiran ku mulai kemana-mana.. Membayangkan nya aza udah eneg, karena semua setoran sebelum-sebelumnya masih disana dan kita hanya menimpa di atasnya. Errrr.. Temanku sempat menyebutkan ada 1 toilet yang bisa flush pake air, tapi dia tak menjelaskan letaknya.

Mau tak mau tak ada pilihan, kami pergi melapor diri dan mendapatkan kamar, memilih tipe kerjaan untuk working meditation (aku pilih outdoor work dan temanku pilih lunch clean up) serta diberi penjelasan tentang aturan retret, noble silent etc. Beruntungnya, aku dan temanku sekamar, di dorm di ruang Metta, setidaknya kau bisa buntutin dia kemana-mana. Karena udah malam dan sesi sitting akan mulai, temanku pun menyetir menuju tempat tinggal kami. Jarak antara si office dengan dorm sekitar 5 menit jalan kaki kalo jalan pintas lewat setapak hutan, ato 7 menitan klo lewat jalan besar.

Begitu nyampe dorm, temanku menunjukkan letak compose toilet terdekat dari dorm kami. Kerennya, toiletnya dua lantai! haha. kami harus naik tangga. Lantai pertamanya itu sebuah penampungan besar. Errr. Tak banyak waktu yang kami punya, kami ke kamar dan hanya meletakkan barang, mengambil senter dan selimut meditasi, kemudian berjalan ke Sala (meditation hall). Perjalanan sekitar 10 menitan jalan kaki ke atas. Dan, aku pun merasa perlu ke toilet. Temanku mengantarku ke compose toilet dekat Sala. Bangunannya aga baru, tapi tetap aza tak menarik bagiku. Begitu masuk, tutup toilet kubuka dan tanpa napas tanpa melihat, segera nyetor dan tumpuk jerami, tutup kembali dan segera kabur. Ga ada bau sih, cuman tak berani melihat ke lubang toilet. Takut menemukan apa yang di bayanganku.. hahaa.
Tampak utuh si toilet..
Aku suka Sala nya. terbuat dari kayu dan luas. Aku kangen suasana retret, jadi aku merasa sangat bersyukur berada di Sala itu. Aku pun memilih bantal meditasi yang tersedia dan mulai bermeditasi. Pikiran masih nempel di toilet tadi dan masih membayangkan hari-hari ke depan berhadapan dengan toilet itu. Selain itu, aku juga diserang rasa kantuk yang dahsyat akibat perjalanan yang lumayan jauh. Hari pertama tak ada ceramah, hanya pengambilan refuge dan sila, serta penjelasan singkat. Dilanjutkan dengan guided meditation.

Dorm tempat kami tinggal..
Jam 9 kami pun bubar. Keluar dari Sala, gelap gulita.. Hutan beneran! tak ada cahaya lampu. Si senter pun menjadi penyelamat. Semua peserta menyalakan senter dan berjalan pulang. Aku yang penakut, cuma berani mengarahkan senter ke tanah, untuk mencegah adanya ular. Ga berani kuarahkan sembarang ke tempat lain, karena takut menemukan hal yang tak diinginkan.

Sampe kamar, mengambil sikat gigi dan handuk. Kami menuju kamar mandi untuk bersih diri. Kemudian, mau tak mau, aku harus mengunjungi si toilet dua lantai itu. Toilet ini terlihat tua, warna bangunannya juga kusam dan BAU nya KHAS jerami bakar yang tersedia di ember.. Jujur, aku merasa aga jijik pas naik ke atas. Buru-buru menyetor dan segera berlalu. mana suasana di luar juga gelap gulita lagi. Galau sekali rasanya karena kemungkinan besar besok pagi harus kukunjungi lagi toilet itu. Batin memberontak.

Malam itu aku tak bisa tidur. Aroma si toilet begitu kuat menempel dan terngiang-ngiang. Sepanjang malam, aku rasanya mencium bau itu. Bau jerami si toilet. Kekhawatiran ku akan lapar terbenam oleh kekhawatiran ku akan toilet. Aku gelisah semalaman.
Kamar kami..

Wednesday, February 26, 2014

Kehebatanku..

Berikut beberapa kehebatanku yang segera membuat ku dikenal teman-temanku..
1. Tersesat
Aku memang sudah tidak diragukan lagi untuk kemampuan yang satu ini. Sejak awal kesini, aku di antar beberapa kali dari gedung math ke chancellery, rasanya gampang sekali pas di antar. Tapi begitu ga diantar, langsung saja aku mutar-mutar ntah kemana. Tidak hanya itu, dari gedung math ke perpustakaan juga sempat membuat ku harus meminta bantuan orang mengantarku, padahal jalannya sebenarnya cuman lurus saja. Jadi, tidak heran kalo aku disuruh mendownload aplikasi "lost in campus", sebuah aplikasi yang isinya peta kampusku.

Dari kantorku di engineering menuju math, sebenarnya ada jalan pintas, tapi aku tidak tahu, aku selalu mengandalkan jalan pertama yang dikenalkan padaku, meskipun itu sebenarnya berputar agak jauh, sekitar 10 menitan jalan kaki. Suatu hari, teman sekantorku ku menjelaskan ku bahwa ada jalan pintas, dari kantorku ke arah kanan dan begini begitu.. Kupikir tak ada salahnya aku mencoba jalan itu. Suatu sore, aku harus pergi berbelanja, dan harus melewati math. Jadi, aku mencoba jalan pintas itu. Dan hasilnya? aku sampai di pojokan kampus yang aku tak mengerti sama sekali, melewati life science, physics, chemist, mc mullin, etc. Totally clueless itu dimana. Akhirnya 20 menit jalan kaki, sampai juga aku di math. Itupun setelah menelepon teman menanyakan arah. Aku cerita ke professorku, sehingga pada suatu hari, dia mengantarku ke math menunjukkanku jalan pintas. Hadeuuuh..

Beberapa waktu lalu, aku harus ke international office untuk mengambil kartu asuransi. Sebelum berangkat dari engineering, aku mengecek peta online, trus keluar gedung cek lagi papan peta gede. Trus mulailah aku berjalan dengan aplikasi "lost on campus" di tangan. Sudah mentok di kawasan hutan sepi dekat nursing, mulailah aku bingung. Aku tanya orang, dia menunjuk ke arah jalan yang sudah kulewati. Haha. ternyata international office itu cuman di depan kompleks engineering aga nyerong dikit dibalik semak-semak. Dan aku berjalan sampai ntah dimana. Haha.

Tidak sampai disitu, minggu lalu aku harus ke life science theater. Aku ingat kalo itu kulewati pas tersesat dulu. Mencoba menggabungkan pengetahuan akan tersesat kemarin plus jalan pintas ke math, aku pun mulai melangkah. Begitu di persimpangan, aku bahkan tak tahu dimana letak perpustakaan (padahal di tanganku ada peta). Aku bertanya pada orang yang lewat. Dia pun menunjukkan jalan padaku. LOL. Berasa mahasiswa baru setiap hari. hahaha. Trus sampai library, aku berputar2 di taman depannya, tanpa tau gedung mana tujuanku. Untungnya aku bertemu Ibu Sri, mahasiswa dari Indo. Begitu kutanya jalan, dia langsung ketawa, "ya ampun.. kamu selalu aza tersesat!". hahahhaa. Kacau.

Karena kehebatanku inilah, aku selalu harus melaporkan keberadaan ku pada teman-temanku. Misal, dari supermarket klo berhasil pulang, aku harus memberitahu "emak" ku. Kalo ke tempat baru, aku harus memberitahu teman serumahku. Mereka takut aku tak bisa pulang. Bahkan satu teman serumah memaksaku menghapal no hpnya, saking dia mengerti kehebatanku, dimana dalam mal saja aku bisa tersesat. Hahaha. Tapi untungnya aku punya banyak orang-orang baik di sekelilingku :).

~ to be continued ~

Aib Berkebun..

Setelah menanam paprika, terong dan serai waktu itu, seminggu kemudian, di sabtu pagi, aku kembali memantau kebunku. Kali ini bertemu si kakek tetangga yang juga sedang memantau kebunnya.
Lahan ku terdiri dari 2 petak kecil dan satu petak lagi yang aga besar, ukurannya sama dengan gabungan kedua petak kecil itu. Yang sudah kutanam hanya di petak kecil itu. Aku berniat memperluas lahan ku, karena teman Laos ku memberiku satu pot jahe yang harus kutanam. Jadi aku aku pun mulai mengolah lahan dengan cangkul kecil yang kami miliki.

Kakek sebelah menoleh ke kebunku dan meminjamkan cangkul besarnya, karena banyak rumput yang mau kutebas. Begitu pegang cangkul besarnya, aku pun langsung mencangkul di tengah. Kakek sebelah pun berkomentar: “ada juga orang mulainya dari tepi”. Aku pun mengikuti sarannya mencangkul dari tepi. Setelah selesai, aku pun memindahkan si jahe ke tanah. Tak lama kemudian, kakek sebelah mengulurkan 2 batang spinach, sebatang bibit tomat dan beberapa bibit cabe. Aku pun menanamkan mereka di petakan baru itu. Saat membuat lubang, aku menggunakan jari ku (kutoel toel). Kakek sebelah yang melihat ku begitu, melemparkan sebatang tongkat kayu kecil untukku, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan bantuan kayu itu, lubang terbuat dengan muda dan cabe serta si bayam pun tertanam. Untuk tomat, dia kan tipe tanaman menjalar, jadi butuh tiang penyangga, di dekat posisi dia di tanam. Di petakan itu memang sudah ada tongkat, yang tinggal kupindahkan. Aku pun memindahkannya dekat tomat ku. Saat menancapkan tongkat, aku menggali lubang dan menekannya dengan berat badanku, supaya masuk. Kembali si kakek mengulurkan sebuah bata dan menyuruhku mengetok tongkat dengan bata itu. Kali ini dia berkata, “Hope you are a good professor!”. Itu kalimat hopeless dia, melihat aku tak bisa apa-apa. Hanya bisa akademik saja.

Aku tertawa mendengarnya.. Tertawa lucu sekaligus malu.. Dulu pas kecil, mama ku selalu bilang begitu padaku. “Semoga nilai akademis mu bagus”, karena aku malas mengerjakan hal rumah dan juga ga bisa mengerjakannya. Hanya punya nilai aga bagus di rapor saja. Ternyata, setelah belasan tahun pun, aku tetap menyandang kalimat itu. Kali ini dari kakek sebelah rumah L. Sungguh aib sekali..

Terakhir, kakek menyodorkan bungkusan biji-biji zucchini kepadaku. Isinya ada 4. Dia memintaku menanamnya. Aku yang ga ada bayangan pohon zucchini seperti apa, mengiyakan saja. Dia berpesan agar jarak tanamnya sekitar 30 cm. Setelah memberiku biji itu, dia pun berlalu masuk rumahnya. Aku tak cukup lahan lagi, jadi aku pun mencangkul petakan besar. Hanya sebagian kecil, hanya untuk ruang bagi zucchini. Aku pun menggali 3 lubang dengan kedalaman masing-masing sekitar 5 cm dan kumasukkan 1 biji per lubang itu dan menutupnya. Sisa 1 biji itu, kumasukkan ke pot kecil. Tak lupa kusiram semuanya (macam lagu kebunku) dan menyudahi kegiatan berkebunku di hari itu.

Ohya, sebelum masuk ke rumah, si kakek kembali memberiku reward berkebun. Hehe. Sesisir pisang, lemon dan sebongkah kecil kol segar J. Terima kasih kakek J

Selesai berkebun, aku menelepon mamaku. Mamaku hanya pasrah mendengar cerita ku tentang komen kakek akan kehebatanku. Mama ku juga memberi masukan, kalo menanam sayur, harus di gundukan gitu, biar tidak tergenang air. Akan kulakukan untuk proyek berikutnya.

Seminggu kemudian, aku mengajak housemate ku ke Bunning, toko yang menjual segala sesuatu yang berhubungan dengan kebun. Aku ingin menanam sayur, karena kata mamaku, sayur bisa dipanen dengan cepat, dalam 1 bulan, mengingat aku akan segera pulang ke Indo. Begitu banyak biji-bijian yang bisa dibeli, akupun bingung mau yang mana. Aku akhirnya memilih timun (karena timun mahal disini – 2 dollar per buah), pak choy (biar cepat panen) dan basil (untuk bumbu spaghetti dan konon kabarnya dia gampang tumbuh serta tahan lama).

Di toko itu, disediakan juga selebaran tentang tips menanam tanaman dari biji. Aku mengambil selembar dan kubaca, “kedalaman biji maksimal dua kali ukuran bijinya”. Aku langsung, HAH? Kemarin si zucchini, bijinya ukuran sebesar kuaci, kubenam 5 cm dalam tanah. Wkakakka. Pantas aza dia kaga muncul di permukaan tanah selama seminggu. Hahahha. Ngakak menertawakan diri sendiri.. Temanku pun ngakak geleng-geleng.

Sampai di rumah, aku pun buru-buru berlari ke rumah kakek sebelah untuk meminjam cangkul. Selain untuk membuat gundukan, aku juga perlu mencari biji zucchini ku yang lupa kutanam dimana. Aku bilang ke kakek itu, “I put the zucchini seed 5 cm deep, now I have to find them back.” Dia berkomentar, “Haha. Do you want to grow it in China?”. Malunyaaaa. Dia bilang aku tanam dalam-dalam, biar tumbuh di seberang bumi. Wakkaka.

Kegiatan bercocok tanam pun berganti kegiatan menggali harta. Semacam arkeolog gitu.. Aku hanya menemukan 2 di antara 3 yang kutanam, dan 1 lagi dari pot. Jadi, hanya 3 itu yang akhirnya aku tanam di gundukan. LOL.

Begitu banyak hal yang perlu dipelajari dalam hidup.. haha. Semoga aib tak bertambah banyak.. wkakaka.