Setelah menanam paprika, terong dan serai waktu itu,
seminggu kemudian, di sabtu pagi, aku kembali memantau kebunku. Kali ini
bertemu si kakek tetangga yang juga sedang memantau kebunnya.
Lahan ku terdiri dari 2 petak kecil dan satu petak lagi yang
aga besar, ukurannya sama dengan gabungan kedua petak kecil itu. Yang sudah
kutanam hanya di petak kecil itu. Aku berniat memperluas lahan ku, karena teman
Laos ku memberiku satu pot jahe yang harus kutanam. Jadi aku aku pun mulai
mengolah lahan dengan cangkul kecil yang kami miliki.
Kakek sebelah menoleh ke kebunku dan meminjamkan cangkul
besarnya, karena banyak rumput yang mau kutebas. Begitu pegang cangkul
besarnya, aku pun langsung mencangkul di tengah. Kakek sebelah pun berkomentar:
“ada juga orang mulainya dari tepi”. Aku pun mengikuti sarannya mencangkul dari
tepi. Setelah selesai, aku pun memindahkan si jahe ke tanah. Tak lama kemudian,
kakek sebelah mengulurkan 2 batang spinach, sebatang bibit tomat dan beberapa
bibit cabe. Aku pun menanamkan mereka di petakan baru itu. Saat membuat lubang,
aku menggunakan jari ku (kutoel toel). Kakek sebelah yang melihat ku begitu,
melemparkan sebatang tongkat kayu kecil untukku, sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. Dengan bantuan kayu itu, lubang terbuat dengan muda dan cabe serta
si bayam pun tertanam. Untuk tomat, dia kan tipe tanaman menjalar, jadi butuh
tiang penyangga, di dekat posisi dia di tanam. Di petakan itu memang sudah ada
tongkat, yang tinggal kupindahkan. Aku pun memindahkannya dekat tomat ku. Saat
menancapkan tongkat, aku menggali lubang dan menekannya dengan berat badanku,
supaya masuk. Kembali si kakek mengulurkan sebuah bata dan menyuruhku mengetok
tongkat dengan bata itu. Kali ini dia berkata, “Hope you are a good professor!”.
Itu kalimat hopeless dia, melihat aku
tak bisa apa-apa. Hanya bisa akademik saja.
Aku tertawa mendengarnya.. Tertawa lucu sekaligus malu..
Dulu pas kecil, mama ku selalu bilang begitu padaku. “Semoga nilai akademis mu
bagus”, karena aku malas mengerjakan hal rumah dan juga ga bisa mengerjakannya.
Hanya punya nilai aga bagus di rapor saja. Ternyata, setelah belasan tahun pun,
aku tetap menyandang kalimat itu. Kali ini dari kakek sebelah rumah L. Sungguh aib sekali..
Terakhir, kakek menyodorkan bungkusan biji-biji zucchini
kepadaku. Isinya ada 4. Dia memintaku menanamnya. Aku yang ga ada bayangan pohon
zucchini seperti apa, mengiyakan saja. Dia berpesan agar jarak tanamnya sekitar
30 cm. Setelah memberiku biji itu, dia pun berlalu masuk rumahnya. Aku tak
cukup lahan lagi, jadi aku pun mencangkul petakan besar. Hanya sebagian kecil,
hanya untuk ruang bagi zucchini. Aku pun menggali 3 lubang dengan kedalaman
masing-masing sekitar 5 cm dan kumasukkan 1 biji per lubang itu dan menutupnya.
Sisa 1 biji itu, kumasukkan ke pot kecil. Tak lupa kusiram semuanya (macam lagu
kebunku) dan menyudahi kegiatan berkebunku di hari itu.
Ohya, sebelum masuk ke rumah, si kakek kembali memberiku
reward berkebun. Hehe. Sesisir pisang, lemon dan sebongkah kecil kol segar J. Terima kasih kakek J
Selesai berkebun, aku menelepon mamaku. Mamaku hanya pasrah
mendengar cerita ku tentang komen kakek akan kehebatanku. Mama ku juga memberi
masukan, kalo menanam sayur, harus di gundukan gitu, biar tidak tergenang air. Akan
kulakukan untuk proyek berikutnya.
Seminggu kemudian, aku mengajak housemate ku ke Bunning,
toko yang menjual segala sesuatu yang berhubungan dengan kebun. Aku ingin
menanam sayur, karena kata mamaku, sayur bisa dipanen dengan cepat, dalam 1
bulan, mengingat aku akan segera pulang ke Indo. Begitu banyak biji-bijian yang
bisa dibeli, akupun bingung mau yang mana. Aku akhirnya memilih timun (karena
timun mahal disini – 2 dollar per buah), pak choy (biar cepat panen) dan basil
(untuk bumbu spaghetti dan konon kabarnya dia gampang tumbuh serta tahan lama).
Di toko itu, disediakan juga selebaran tentang tips menanam
tanaman dari biji. Aku mengambil selembar dan kubaca, “kedalaman biji maksimal
dua kali ukuran bijinya”. Aku langsung, HAH? Kemarin si zucchini, bijinya
ukuran sebesar kuaci, kubenam 5 cm dalam tanah. Wkakakka. Pantas aza dia kaga
muncul di permukaan tanah selama seminggu. Hahahha. Ngakak menertawakan diri
sendiri.. Temanku pun ngakak geleng-geleng.
Sampai di rumah, aku pun buru-buru berlari ke rumah kakek
sebelah untuk meminjam cangkul. Selain untuk membuat gundukan, aku juga perlu
mencari biji zucchini ku yang lupa kutanam dimana. Aku bilang ke kakek itu, “I
put the zucchini seed 5 cm deep, now I have to find them back.” Dia
berkomentar, “Haha. Do you want to grow it in China?”. Malunyaaaa. Dia bilang
aku tanam dalam-dalam, biar tumbuh di seberang bumi. Wakkaka.
Kegiatan bercocok tanam pun berganti kegiatan menggali
harta. Semacam arkeolog gitu.. Aku hanya menemukan 2 di antara 3 yang kutanam,
dan 1 lagi dari pot. Jadi, hanya 3 itu yang akhirnya aku tanam di gundukan.
LOL.
Begitu banyak hal yang perlu dipelajari dalam hidup.. haha. Semoga
aib tak bertambah banyak.. wkakaka.
No comments:
Post a Comment