Sunday, October 12, 2014

České Švýcarsko - Part 3: The adventure starts..

Alarm berbunyi jam 4.30 pagi, aku beruntung karena kebetulan sedang mimpi buruk, jadi aku bersyukur banget alarm bunyi dan memutus mimpi burukku. Karena itu juga, aku pun tidak tertarik untuk lanjut tidur lagi, jadi dengan mata berat, aku menyeret diri untuk mandi. Setelah mandi, aku mengemas nasi kotak, mengecek peralatan, dan berangkat.

Saat itu jam 5.20 pagi dan langit masih gelap. Aku melangkah ke tram stop, sudah ada beberapa orang menunggu di sana juga. Aku sebenarnya ga tau dimana keretanya Plzen, aku hanya ingat itu kulewati saat naik tram no 2 sewaktu pulang berenang, dan letaknya stop si no 2 itu dekat gereja. Aku naik tram pertama, turun sekitar gereja. Aku bertanya ke satu orang dimana tram nomor dua. Sayangnya dia tak berbahasa inggris. Dengan kosakata terbatas, kubuat pertanyaan: "tramvaj dva?", dengan gerakan tangan dia memberitahu kalo aku hanya perlu lurus dan belok kanan 2 kali.

Sampai tram stop, aku memastikan ke orang disitu kalo nomor 2 ke stasiun kereta. Aku tanya lagi, "hlavni nadrazi?". Kali ini mereka orang jerman, mereka mengangguk dan bilang, "erste". Aku menebak maksudnya first, karena di belanda, first itu juga "eerste", bunyi sama, tulisan beda tipis. Ternyata benar, pemberhentian pertama sudah stasiun. Aku salah mengenali bangunan, aku pikir bangunan besar yang kulewati itu adalah stasiun, ternyata orang-orang berjalan ke arah berbeda, jadi kuikuti mereka masuk lorong dan sampailah aku di stasiun.

Tiket ke Děcin harganya 330 Kc, hampir Rp 200.000,00 dan berangkat dari platform nomor 2. Aku naik dan tertidur dengan segera.. Untungnya aku sadar satu stop sebelum Praha. Ketika menunggu kemunculan informasi platform kereta, aku sakit perut, jadi aku mampir ke toilet. Biaya toilet itu 20 Kc ato 1 Euro.. Haha. Kurs yang paling jelek ternyata di toilet, bukan di bank. Kurs di money changer itu, 1 Euro = 27 Kc.
Kurs di toilet
4 menit sebelum jadwal kereta berikut, akhirnya nomor platformnya muncul. Semua penumpang pun bergegas bergerak. Kali ini keretanya ada compartment nya, semacam kubik-kubik gitu berisi 6 orang. Karena tiketku tak ada nomor, aku boleh asal duduk di mana pun yang kosong. Aku berusaha terjaga, tapi tetap juga ketiduran. Jam 10 pagi, aku sampai Děcin.

Keluar dari stasiun kereta, aku mencari information centre yang alamatnya sudah kucari lewat internet. Harusnya di sekitar stasiun. Aku tanya ke satu orang, 'tourista informacie centrum?', dan orang itu menunjuk ke stasiun. Aku masuk lagi, dan ternyata memang ada disitu, tapi tutup. Kucari lagi yang lain, kutemukan alamatnya, tapi tempatnya seperti biro perjalanan gitu. Di pintu tertulis sabtu buka, tapi tak ada seorang pun. Aku cari lagi ke alamat kedua dan ternyata bangunan lebih tak meyakinkan. Aku tanya ke orang-orang di jalan, mereka semua menggeleng. 30 menit habis mencari informasi.

Saat itu aku bingung, informasi yang aku punya adalah: perjalanan dimulai di rumah sakit (U Nemocnice), tapi jelasnya bagian mana dari rumah sakit aku ga tau. Aku mulai ragu, aku jadi jalan kaki apa ga ya? Apa keliling kota kecil ini trus pulang aza ya? Ngeri juga tanpa informasi jelas. Dilema bermunculan, tapi kuputuskan ke rumah sakit dulu, liat dulu kondisinya, nanti baru diputuskan.

Kemudian aku bertanya cara ke hospital dan ternyata naik bis no 1 ato no 7. Pas naik, aku minta sopir untuk menurunkanku di hospital, ternyata dia tak bisa bahasa inggris. Seorang pria gendut bertopi cowboy menyamperi ku saat dia mau turun bis, "hospital is the last stop, good luck!" Aku berterima kasih padanya, akhirnya kudengar bahasa Inggris.

Sampai rumah sakit, aku kebelet. Alamak! Gimana mau jalan di hutan kalo kebelet gini? Cari toilet dimana? Aku tanya sopirnya, dia menggeleng. Kutanya beberapa orang, mereka pun tak tahu, sampai aku ketemu seorang ibu dan dia menyarankan aku ke toilet rumah sakit. Bangunan rumah sakit itu banyak, kecil-kecil dan bertebaran di kompleks itu. Aku melangkah ke bangunan utama yang terlihat paling besar. Belum nyampe, aku ketemu seorang wanita berseragam dokter gitu. Aku tanya, "toaleta?" sambil tunjuk gedung itu. Dia bilang toilet disitu ga boleh dipake, hanya untuk staf dan pasien saja. Aku pun dirujuk ke toilet lain. "Lurus, belok kanan, jalan turun dan belok kanan", demikian petunjuknya. Aku berjalan dan menemukan sebuah toko roti. Aku masuk dan menanyakan toilet, tapi dia menggeleng. Ketemu ibu lain, dia menunjuk sebuah gedung, yang masih bagian dari rumah sakit. Aku masuk dan tak kutemukan tanda-tanda toilet di bangunan kecil itu. Aku bertemu seorang pasien, dia menunjukkan toiletnya.. Phew.. Legaa.. Rasanya lebih siap jalan, setelah 30 menit habis cuman buat nyari toilet doank. Kaki mulai terasa capek mondar-mandir. Haha.. Mulai berpetualang aza belum. Lol.

Setelah itu aku mencari jalan masuk walking trailnya, dan kutemukan peta ini.
Peta Hiking
Informasi tak kumengerti
Sama sekali tak gitu bermanfaat untukku. Aku tak mengerti, tapi aku rasa itu jalan yang benar. Aku memutuskan untuk mencoba jalan itu, dengan pikiran kalo misalnya jalan itu tak membawa ku kemana-mana, aku tinggal balik kanan dan pulang lewat jalan yang sama.

No comments:

Post a Comment