Wednesday, July 10, 2024

Silent Illumination, 28 Juni - 6 Juli 2024

 Omitofo!

Sungguh bersyukur punya kesempatan untuk ikutan retret intensif lagi. Sebenarnya, musim panas tahun lalu, Zarko juga datang ke DDRC untuk retret Silent Illumination tapi tahun lalu aku lagi di Indo. 
Tahun ini karena tahu summer pasti tak pulang, dari Maret udah bilang ke Yanxi Fashi, aku mau ikutan retret. 

Terima kasih alam semesta dan semua sebab dan kondisi, sehingga bisa hadir di hari H. Beruntungnya juga, sebelum retret ini, saya berkesempatan ke seorang Shinse Chinese Medicine yang benerin energi tubuh yang rendah serta melancarkan peredaran darah. Kebetulan juga ke physical terapi karena otot yang super kaku dan trainer nya kasitahu kalau cara bernapas mendalam ku selama ini salah. Dia bilang, kenapa perut mu cuma ngembang ke depan, harusnya ke samping juga iya, rusuk harusnya gerak juga. Meski saat itu masih ga tau apa yang benar, udah keburu masuk retret, tapi minimal ada awareness itu salah dan ada info apa yang benar. 

Retret kali ini, semua hp dikumpulkan oleh Fashi. Ini baru kali pertama aku ikut retret DDRC yang hp disita. Jadwalnya:

4:30 Bangun
5:00 8 movement
5:30 Sitting
6:30 Morning Service
7:15 Breakfast lanjut working meditation
8:15 Personal time

9:00 Preparation Bell
9:15 Sitting
9:30 Dharma Talk+Sitting+ Short Break + Sitting + Stretching while standing + Short Break + Shorter Sitting
12:00 Lunch lanjut working meditation
13:00 Personal Time

13:45 Preparation Bell
14:00 Sitting + Walking meditation + Break + Sitting + Streching while sitting + Short Break + Sitting
17:00 Evening Service
17:30 Medicine Meal lanjut working meditation (khusus yang kitchen)
18:15 Personal Time

19:00 Preparation Bell
19:15 Sitting
19:30 Dharma Talk + Sitting + Prostration + Sitting
21:30 End of the day, back to dorm
22:00 Light off

Tiap sesi sitting kayanya 45 menit. 

Berikut dharma talk/teaching/interview yang kuingat: 

1.  Zarko mengatakan relaksasi itu sangat powerful, keliatan nya sederhana, tapi tidak gampang di lakukan. Dikasi instruksi: Slow down, relax and be present. Lakukan 3 hal ini untuk 2 hari ke depan. Mengapa perlu slow down? Karena dengan slow down baru kamu bisa tahu badan mu tegangnya dimana. Dan klo udah ketemu tegangnya di mana, di amati, ketegangannya muncul nya saat kamunya ngapain? Lalu baru bisa di relakskan. Intinya kenali kondisi badan kita dan penyebabnya. 

Beliau juga membagikan cara merelakskan mata. Bisa coba fokus banget ke satu titik, lalu tak fokus kemanapun, jadi ada perbedaan antara tegang dan rileks. (Mirip PMR yang Shifu Guojun share, tapi ini untuk mata saja). Bisa juga di pijat di bagian alis, agak ke tengah, katanya kamu pasti akan tahu dimana, karena itu titik yang paling sakit klo ditekan. Tips kedua yang dibagikan adalah cara merelakskan lower abdomen. Duduk, tangan dinaikkan ke atas kepala sejauh mungkin, sehingga badan dipanjangkan (seperti gerakan ke 4 dalam 8 movement tapi dengan posisi duduk), lalu turunkan tangannya, makan akan berasa kontras antara tegang dan rileks. 

Dari instruksi melambat ini, terlihat sekali energi kebiasaan ku yang selalu terburu2. Terlihat juga mengapa badanku tegang. Selalu ada pemikiran kedua akan setiap hal yang terjadi. Misal: liat makanan enak, muncul, ini kira-kira rasanya gimana ya? Atau eh botol minum itu bagus, bisa beli dimana ya? Ada banyak juga antisipasi ga penting, misal, lagi gerakan 8 movement, sambil gerak sambil mikir, habis ini kayanya ganti gaya deh. Ini sumpah ga penting banget, kan Fashi pasti akan ketok, tapi sok2an mengantisipasi. 

Setelah ini, the next step was: what mood are you in?

2. Don't give rise to the second thoughts

Setiap mengalami sesuatu, ga usah ditambah pemikiran-pemikiran macam-macam, tak usah dikasi suka atau tak suka. Ada kutipan seorang master, "not giving rise to the second thought is better than 10 years of pilgrimage".

3. Keep the practice continuously

Kita disuruh mencoba mengisolasi diri kita, mengurangi celingak celinguk tak berfaedah. Karena setiap melihat sesuatu, pasti kena trigger mikir-mikir ga penting. Ketika mencoba menyadari tubuh di luar sesi duduk, pelan-pelan ketertarikan untuk jelalatan juga semakin berkurang, masuk sitting pikiran rasanya tak begitu tercecer. Selama ini aku retret sering kurangnya di bagian ini, keluar sitting dengan badan merana sakit, mental seperti anak ayam keluar kandang, waaah, kebebasaaaan. Makanya masuk sitting berikutnya lagi merana lagi. 

4. Pentingnya postur yang benar. Kita disuruh cari postur yang nyaman, harusnya ada satu postur dimana tubuh kaya ditopang gravitasi, tegaknya bisa lebih effortless. 

5. Untuk masuk ke just sitting, bisa melalui relaksasi + following breath + counting the breath + just sitting, atau ada juga yang bisa relaksasi lalu just sitting. Ada orang yang terbiasa ngikutin napas, malah kesulitan masuk ke just sitting, karena terbiasa punya object, lalu objectnya harus lepas. Dalam just sitting, sadari seluruh tubuh sedang duduk, totalitas gitu, tak fokus ke satu bagian pun. Kalau cukup rileks, katanya kamu akan paham apa maksudnya menyadari seluruh tubuh. 

Just sitting yang terlihat sederhana, justru lebih "advance". Mengapa? Karena semakin simple, semakin dekat dengan true nature. 

6. Leave your eyes alone!

Ini kejadian pas interview. Aku bilang aku kayanya salah dalam merasakan tubuh. Aku merasa mataku selalu mengikuti bagian tubuh yang aku sedang coba rasakan. Atau aku membayang2kan bagian tubuh tersebut saat mencoba merilekskannya. Zarko lalu menyuruhku mengepalkan tangan dengan sekencang mungkin sampai agak sakit juga gak papa, lalu taruh kepalan tangan itu di punggung belakang, sambil mata menatap beliau. 

Zarko: kerasa ga sakitnya?
Aku: kerasa. 
Z: tuh, matamu masih menatapku ga ampe roll ke belakang tapi badan kerasa. Kamu terlalu aware dengan matamu. Ingat bahwa indera mata hanya menangkap bentuk dan warna. Jadi, kalau kamu merasa sakit, meski rasa-rasanya mata ikut ke bagian itu, tapi sesungguhnya tubuh mu yang merasakan. Take the body as an organ of touch. Mata tak akan bisa "melihat" sensasi tubuh. Kamu tuh punya fixed belief yang salah. 

Setelah sesi itu, akhirnya aku terbebas dari belenggu mata tegang yang ngikutin bagian tubuh saat body scanning. Wew. ini juga salah satu masalah akut ku. Omitofo. 

7. Experience it, don't think

Ini terjadi saat interview juga. Karena badanku ga rileks, pengalaman ku banyakan karena mikir-mikir, makanya makin mikir makin tegang. Meninjau balik ke hidupku, keseharian ku dipenuhi to do list, aku hanya berpindah dari satu task ke task yang lain. Aku perlu merevisi hidup nih, perlu dikasi jeda, dimana di jeda itu benar-benar utk hadir saja. 

8. Let of of all forms, lay it down to rest

Aku sangat suka kalimat ini, lumayan membantu melepaskan ketegangan, terutama kalimat kedua, lay it down to rest. Kebayang apapun itu, kita taruh saja, istirahatkan. 

9. Why it is so hard to practice? You don't need to do anything, you just have to stay with the method. 

Begitu Zarko bilang begitu, aku baru benar-benar sadar, betapa mewahnya bisa berada dalam retret. Bangun ada yang bangunin, jadwal seharian udah ada yang rancangkan, tak perlu pusing cek jam juga untuk pindah dari kegiatan satu ke yang lain, karena bakal ada yang bunyikan bel untuk mengingatkan. Tak perlu pusing mikir makan apa dan jam berapa, semua tersedia. Hidup cm pindah dari dorm, chan hall dan dining hall, simple banget. Ga usah ngomong, tak perlu berpikir opini. Tak ada to do list. Meditasi kerja pun cuma kerja sampai jam selesai, tak ada ditargetkan harus kelar apa dalam jangka waktu itu. Misal dapur ga beres, Changyao Fashi bakal take over atau chef nya bakal beresin. Sangat-sangat bersyukur. Betapa berharganya bisa berada dalam retret, kaya terlindungi oleh tanggul besar, sehingga gempuran air dari luar tak menyentuh kita. 

10. Wandering thoughts itu related ke I, me, my, mine. Kalian ga bosan? Let go of attachments. Scattered thoughts itu egocentric. 

Ceramah Zarko tidak panjang. Tapi sangat consice dan precise. Singkat padat dan jelas pokoknya. Aku sangat suka suaranya yang berat itu, wandering thoughts ku kaya ketimpa suara dia jadi lebih ga muncul. hahaha. Cara ngomongnya juga pelan tapi ga membosankan, ga banyak a e a e gitu. Trus dia kasi jeda antar kalimat, jeda agak panjangan klo habis jelasin konsep penting. Quotes2 diulang dua kali dan dikasi jeda. Jadi kita punya waktu untuk meresapinya sebentar. Banyak kutipan-kutipan puisi. Misal di akhir silent ilumination: 

Silently and serenely forgetting words;
Clearly and vividly that appears 

- Master Hung-chih Cheng-chueh

Pengalaman yang menarik di retret ini mungkin aku sempat merasakan apa itu relaksasi dan kutemukan napas ku. Hari ke 4, di ceramah pagi Zarko mengajak kami melihat kembali ke dalam perjalanan hidup masing-masing. Apa yang kamu mau tuju dalam praktik? Dimana kah kamu sekarang? Lalu beliau melanjutkan pentingnya making vow, karena vow itu yang bisa membawamu maju ketika praktik sedang stuck. Beliau mencontohkan vow Buddha, dan tentu saja kita tak dituntut vow seheboh itu. 

Ada perasaan being urged ketika mendengar ceramah itu. Aku mengambil Bodhisatva vow Oktober tahun lalu, dan melihat praktikku sendiri? Masih tak kemana-mana. Badan masih tak relax sama sekali dan napas masih tak tahu dimana, klo ketemu pun semua under control. 

Setelah ceramah itu, ada sesi sitting lagi. Begitu duduk, aku dengan patuh menjalankan semua ritual pra meditasi, menggerakkan kepala, 3 kali napas mendalam, lalu lanjut dengan PMR (berhubung kesadaran tubuh masih redup), lalu aku coba body scan yang melalui sentuhan. Anehnya, pas pegang kepala, kog jelas ya? Coba lagi ke jidat, mata, hidung, mulut, semua sangat jelas, lalu saya coba letakkan. Menikmati duduk nya. Badan otomatis sangat tegak tapi tidak tegang. Keadaan sekitar sangat jelas, kaki terasa agak kenceng tapi tidak mengganggu. Wah, sungguh kondisi yang sangat menyenangkan, so blissful! Lalu pikiran mulai meragukan, ah masa? apa iya? Jangan2 mata lagi tegang nih? Cek mata, eh lagi relaks. Apa napas lagi ditahan? eh, napas kog mulus banget, padahal belum pernah berani ke napas. Lalu kuputuskan duduk untuk menikmati. Masih ada sedikit ketegangan rasanya, kulafalkan namo dabei guanshiyin pusa, lalu benar-benar plong. Di momen ini baru benar-benar ngeh, selama ini relaksasi ku yang pake usaha, makanya tak pernah berhasil. Di momen ini, everything seems so natural. Biasanya kayanya air udah di taruh papan miring, aku nya masih sibuk dorong dia biar ngalir turun. Berusaha relaks malah menjauhkannya. Tiba-tiba teringat pesan Chichern Fashi dari retret intensive di Polandia 2011, "Fangxia ni de xiangyao, ni cai hui fangsong" (Letakkan keinginan mu, baru kamu bisa relaks). Di momen itu paham, tapi tentu itu kebetulan sekali. untuk bisa sampai disitu lagi, akan butuh banyak praktik yang konsisten, tapi minimal ada bayangan seperti apa jadinya. Dan paradoks sekali, justru semakin rileks, badan semakin tegak, beda dengan bayanganku klo niat leha-leha berarti selonjoran. 

Meditasi jalan hari ke 5, ada bagian jalan cepat. Hari itu kebetulan tubuh lumayan rileks sejak pagi, pikiran lumayan terjaga ga jelalatan. Ini juga berkat usaha sejak awal retret, mengkondisikan badan dan pikiran. Pas jalan cepat itu, tubuh dan pikiran benar-benar disana. Gerakannya cepat banget, melewati orang-orang sambil setengah berlari tanpa ada perasaan khawatir tertabrak atau terpleset, kesandung. Sangat natural, juga sangat cepat, bahu bergerak secara alami tak dibuat-buat. Semua bisa di drop saat itu. Saat Fashi suruh berhenti, tiba-tiba air mata langsung mengalir haru. Present moment itu benar-benar wonderful moment. Begitu bebas. 

Full day ke 6, aku mencoba mendekati napas ku, karena selama ini selalu kontrol napas. Aku berakhir tak bisa bernapas lagi. Kacau banget, habis tarik napas, eh kog narik lagi. Lalu ketakutan tak bisa napas kembali muncul. Kuamati, napas masukku pendek banget tapi napas keluar ku bisa panjang, tapi ga lancar, ada bagian kepotongnya. Untungnya karena beberapa hari ini selalu mengajak diri ini relaks, jadi berhasil tenangin diri dan pelan-pelan cari tahu bagaimana napas yang benar. Dengan pengetahuan PT bahwa klo perut kembang ga boleh hanya ke depan doank, akhirnya aku berhasil menemukan cara bernapas yang seharusnya!! Astagaaa, setelah belasan tahun, ternyata diafragma ku ga ikut turun naik klo aku berusaha bernapas. Lalu aku kegirangan sendiri, penuh syukur dan aku menghabiskan sesi sitting itu hanya sekadar menikmati bernapas. Hahahha (kemane aje bu?)

Overall, retret ini sangat menyenangkan, banyak meditator lama, bahkan beberapa murid master Shengyen. Tak ada yang coba-coba ngobrol, semoga serius mencoba berlatih, sebisa mungkin. Semua orang sangat on-time dan tidak grasak grusuk juga, semua ikut aturan dan jadi lebih gampang settling down. Kamar juga seorang 1 dengan shared toilet dan bathroom. Trus makin hari makin ga ada kata-kata, bahkan instruksi. pokoknya ikutin suara bell, suara board. Ah, itu yang asik dari retret Chan, tanpa kata-kata yang banyak. 

Sesi sharing di akhir, kami dibagi kelompok kecil dulu, dikasi 30 menit berbagi dalam grup kecil, lalu salah satu anggota akan merangkum dan melaporkannya di grup besar. Isinya ngakak dari awal ampe akhir. Banyak yang berbagi pengalaman interviewnya dan seberapa mereka terbantu oleh petunjuk-petunjuk Zarko. 

Take away kali ini: 

1. Tubuh benar-benar perlu dilatih. Berkat workout yang meski tak rutin, tapi otot tubuh ku lebih berfungsi, jadi bisa menopang diri saat sitting. Begitu badan bisa duduk (45 menit pun ga ngeluh), baru ada kesempatan meninjau pikiran. Kalau tidak, sepanjang sesi cuma sibuk tegakin badan dan berjuang dengan rasa sakit, boro-boro mikir. 

2. Peredaran darah lebih lancar berkat obat shinse. Meski malam tak bisa tidur nyenyak karena summer panas dan humid, bisa ngikutin kegiatan seharian tanpa ketiduran, cuma nguap-nguap. 

3. Pentingnya membangkitkan bodhicitta, meski body yang benar masih cita-cita. Demi manfaat semua makhluk itu benar-benar memberi motivasi dalam berlatih. Jika kita lebih rileks, maka akan berdampak positif ke orang-orang sekitar kita. 

4. Relaksasi itu penting banget dan ini berkaitan erat dengan hidup sehari-hari. Tak bisa hanya dibenerin dalam retret. Perlu mengkaji ulang pola hidup sehari-hari, jangan sibuk berlari. Pas bangun tidur, karena ga cukup tidur, sangat grumpy, lalu begitu ingat untuk rileks, langsung tak ada masalah. Ngantuk tetap ngantuk, tapi mood tidak jelek. 

5. Sungguh beruntung bertemu dan bisa mempraktikkan Buddha Dharma. Banyak chanting yang berakhir dengan air mata syukur. Ketika chant aku berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha, baru kali ini benar-benar khusuk banget. Benar-benar wish dari lubuk hati yang terdalam, wishing all sentient beings berkesempatan belajar Buddha Dharma. 


Di akhir retret tak sempat foto selfie dengan Zarko karena beliau terlihat sibuk mendengarkan konsultasi salah satu volunteer. Aku pun harus segera cabut anterin peserta ke stasiun kereta. Kupikir ya sudah. 3 hari kemudian, aku perlu ke shinse di New York. Pas nyampe, ternyata pasien sebelum aku masih belum kelar, jadi aku menunggu di ruang tunggunya sambil membaca. Lalu pas dengar suara pasien, suara khas yang berat dan menggelegar, waaah, suara Zarko!! Lol. Punggungnya kaku karena duduk 3 jam meladeni interview kami dan pas dia cuci muka, bunyi gitu, sakit banget katanya. Dari asrama jalan ke Chan Hall butuh 20 menit. Jadi sempatkan diri treatment 2 kali sebelum pulang Croatia malam itu. Kumanfaatkan kesempatan ini utk minta selfie. 

Zarko orangnya kocak. Meski suaranya yang berat kadang menggelegar, tawanya juga membahana dan senyumnya juga hangat. Ada peserta bertanya: how do I relax my shoulder? Dijawab Zarko: just don't hold it up. hahaha. 

Thanks for teaching us, Zarko! Feel better soon! it was nice meeting you. Hopefully see you again next year. 

Deep bow in gratitude.