Thursday, October 3, 2013

Sepring hes kham..

Musim dingin telah berlalu dan musim semi pun tiba.. Aku tidak begitu bersemangat menyambut musim semi disini, karena kupikir tidak akan ada bedanya.

Selama musim dingin pun, pohon-pohon dan rerumputan masih terlihat hijau, jadi tidak merasa pergantian musim yang drastis. Tetapi, minggu lalu aku menyadari, ternyata ada beberapa hal kecil yang berubah saat berjalan kaki ke kampus. Rumput-rumput hijau yang biasa kuinjak, kini berbunga! hehe. Aku menyempatkan diri mengambil beberapa foto.
Dekat gedung dept. matematika
Bunga di University Drive
di bawah terik matahari

Bunga dalam kampus










Bebek berteduh..


Meskipun namanya musim semi, tapi cuaca disini moody sekali.. Kadang bisa panas sekali (mencapai 35 derajat) yang diikuti dingin di hari esoknya. Panasnya sangat tidak enak karena kering. Rasanya benar-benar seperti di oven. Kalo jalan kaki ke kampus di jam 9.30 pagi saja, rasanya panas banget dan susah bernapas. Masih enakan panas di Indo kayanya. Tidak hanya manusia yang mencari tempat sejuk, bebek pun berteduh! Bayangkan saja panasnya.. Haha



Mulai Berkebun..

Aku selalu bercuap-cuap kalo ingin berkebun, tapi karena malasku, aku selalu beralasan kalo musim dingin terlalu dingin bagi tanaman untuk tumbuh. Tapi kini, alasan itu tak bisa dipakai lagi..

Tetanggaku, seorang bapak tua umur 82 tahun, sangat suka berkebun. Dia setiap hari menyemangati ku untuk mulai berkebun. Dari cara baik-baik sampai mengejek-ngejekku. Tapi usahanya tak berhasil.

Beberapa minggu lalu, terjadi perubahan bentuk di kebun belakang ku, perubahan yang paling signifikan adalah kemunculan 4 tongkat di pojok petakan, jadi aku berpikir, mungkin sudah ada salah satu anggota rumah mulai berkebun. Jadi, aku pun memakai alasan untuk mencari tahu siapa yang sudah menanam, takut mengambil lahan dia, untuk tidak mulai berkebun. Takutnya dia sudah tanam, eh, kegali ama aku.. hahaha. kan ga lucu toh?

Tapiii, setelah berminggu-minggu, tidak terlihat kemunculan tunas ato apapun. Tanah nya pun kering kerontang tak pernah disiram. Hanya rumput liar yang berkembang sempurna di sana. Sepertinya, orang sebelumnya hanya ke sana sekali saja. Meskipun sampai sekarang tidak tahu siapa yang mengubah kebun. Teman serumah ku yang lain (yang tak berkebun) pun bilang aku mungkin boleh pake kebun itu.

Hal yang benar-benar mendorongku turun ke kebun adalah saat seorang teman di riset grup ku memberiku satu pot serai, tinggal pindahin ke tanah doank. Dia bersepeda dari rumahnya membawa pot itu untukku, setelah mendengar aku memakai serai untuk memasak. Untuk menghargai niat baiknya dan menghindari rasa bersalah, aku tidak boleh tidak menanamnya.

Terong
Untuk mewujudkan cita-cita suci mulia berkebun, aku pun bersepeda di hari Sabtu pagi 2 minggu lalu untuk membeli bibit paprika dan terong dari supermarket.

Aku yang tak pernah menanam pun tidak tahu harus gimana. Alhasil, aku mencangkul tanahnya, menyiramkan sedikit air (karena tanahnya super kering), kemudian menggali lubang yang aga besar, mengeluarkan serai dari pot dan menanamnya ke tanah. Paprika yang kubeli dari supermarket itu satu pot persegi dengan ukuran sekitar 5 cm x 10cm x 5 cm, isinya ada beberapa. Jadi aku harus memisahkan mereka satu-satu supaya bisa ditanam berjarak. Demikian juga terongnya. Saat memisahkan mereka, aku seperti membagi brownies. hahaha. Tukang makan emang susah, apapun yang dikerjain rasanya berhubungan dengan makanan. LOL. Karena takut lupa mana tanaman apa, dan takut dicabut orang lain disangka rumput-rumputan, Kartu namanya pun sekalian kutanam. hahaha.
Serai
Capsicum/Paprika

Terlihat aku kurang rajin, karena di sekitar tanaman ku masih ada rumput-rumputnya. LOL.

Aku yang bukan tukang kebun telaten hanya bisa berdoa, semoga alam semesta melindungi tanaman-tanaman itu supaya bisa tumbuh dan berbuah. hahaha.



Keesokan harinya, dengan bangga kulaporkan pada kakek sebelah kalo aku dah menanam sesuatu di kebun. Sebagai penghargaan, aku diberi hasil kebunnya.. hahah. emang benar, kebun tetangga selalu lebih hijau! Semua yang dikasih itu fresh, petik di tempat. Pisangnya enaaak banget.. sebenarnya pisangnya kaya pisang indo biasa, tapi di sini susah ditemukan. Pisang di supermarket itu kuningnya di rak, teksturnya beda.

Jarahan kebun sebelah
Terima kasih kakek tetangga.. Semoga suatu hari aku akan berkesempatan mengulurkan hasil kebunku padanya.. hehe.

No comments:

Post a Comment